Home » » Samsung Mempersiapkan Produk Teknologi Masa Depan

Samsung Mempersiapkan Produk Teknologi Masa Depan

Samsung Group merupakan salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia. Didirikan oleh Lee Byung-chull pada tanggal 1 Maret 1938 di Daegu, Korea Selatan, perusahaan ini beroperasi di 58 negara dan memiliki lebih dari 208.000 pekerja. Hingga saat ini, Samsung juga menjadi salah satu merek terbesar di dunia dengan mengeluarkan ponsel cerdas yang menjadi jawara dalam persaingan bursa pasar gawai. Samsung adalah salah satu konglomerat (chaebol) Korea Selatan terbesar yang bermula sebagai perusahaan ekspor pada tahun 1938 dan dengan cepat berkembang ke bidang lainnya.
Sekarang ini, Samsung beroperasi dalam 6 sektor bisnis, yaitu telekomunikasi (telepon genggam dan jaringan), peralatan rumah tangga digital (termasuk mesin cuci, oven gelombang mikro, kulkas, pemutar VHS dan DVD, dll), media digital, LCD, semikonduktor dan kendaraan bermotor (termasuk alat berat). Samsung memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan ekonomi, politik, media dan budaya Korea Selatan dan telah menjadi kekuatan pendorong utama di balik fenomena "Keajaiban di Sungai Han". Perusahaan yang berafiliasi dengan Samsung memproduksi sekitar seperlima dari total ekspor Korea Selatan. Pendapatan Samsung sama dengan 17% dari GDP Korea Selatan, yakni: $ 1.082 miliar.
(sumber)

Bos Samsung Bicara soal Produk Teknologi Masa Depan

CEO VIV Labs, Dag Kittlaus, mengungkap sejumlah ekspektasinya untuk masa depan di Samsung Developer Conference.
Salah satunya, ia memperkirakan konsumen akan membeli sebuah perangkat baru yang bertindak layaknya kawan lama.

VIV Labs adalah anak usaha Samsung Electronics. Kittlaus sendiri merupakan bagian dari tim yang menciptakan asisten pribadi virtual milik Apple, Siri, sebelum akhirnya bergabung dengan Samsung. Tim Kittlaus saat ini sedang mengerjakan Samsung Bixby 2.0.

Lebih lanjut, Kittlaus memperkirakan akan ada sebuah produk teknologi baru di masa depan dan ketika perangkat itu diaktifkan akan bisa berbicara kepada pemiliknya seperti kawan lama. Perangkat itu bisa saja berupa smartphone, tablet, mesin cuci, pengering atau jenis lainnya.

Terlepas dari jenisnya, perangkat tersebut bisa menjadi seperti seorang teman karena dilengkapi dengan banyak data soal pemiliknya. Kittlaus melihat perangkat sejenis itu bisa saja ada karena adanya hubungan emosional konsumen dengan produk atau merek tertentu.

Lebih lanjut, hubungan semacam itu akan membuat pemilik perangkat merasa senang. Produk baru ini, katanya, akan bisa mengenal, mengetahui masa lalu dan bagaimana menolong orang yang membelinya.

"Perangkat ini mengenal Anda, dan itu semacam langkah pertama pindah dari 'wow, ini sangat keren' menjadi untuk mengembangkan hubungan emosional dengan sebuah merek atau perusahaan yang telah melangkah lebih jauuh untuk merealisasikan berbagai ide menjadi produk," ungkap Kittlaus.
Ekspektasi Kittlaus sendiri sejalan dengan target Samsung mengenai perangkat pintar.

Perusahaan asal Negeri Ginseng itu sebelumnya mengatakan bertujuan untuk menghubungkan semua perangkatnya dengan memberikan fungsi "kepintaran" pada 2020 mendatang.
Misalnya, kulkas Samsung dapat mengetahui isi kotak es dan memberitahu pemilliknya melalui sebuah aplikasi tentang resep yang bisa dibuat dari bahan-bahan yang ada di dalam kulkas.

Lebih lanjut, Samsung Electronics beberapa waktu lalu menyatakan masih berpikir untuk menambah investasinya di Indonesia pada 2019. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi dan politik pada tahun depan.

Vice President Samsung Elektronics Indonesia, Lee Kang Hyun, mengatakan untuk tahun depan pihaknya masih akan fokus melakukan ekspansi berupa penambahan lini perakitan untuk mendorong pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk elektronik.
"Masalah investasinya belum yakin. Tapi sesuai persentase TKDN harusnya mencapai berapa persen itu, tahun ini Samsung sudah menambah full CKD (completely knock down) line. Bukan SKD (a semi knocked down) lagi," ujar dia dalam Konferensi Regional Pembangunan Industri ke-1 (Regional Conference on Industrial Development/RCID) di Kuta, Bali, Jumat (9/11/2018).
Menurut dia, untuk meningkatkan lini perakitan tersebut, Samsung telah menggelontorkan investasi hingga US$ 25 juta.

"Itu pun kira-kira Samsung investasi US$ 25 juta tahun ini untuk hanya menambah biar mencukupi persenan TKDN," ungkapnya.
Sementara untuk investasi dalam proyek besar pada tahun depan, Lee mengaku masih akan melihat kondisi ekonomi dan politik. Mengingat tahun depan juga merupakan tahun politik dengan adanya pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu).

"Jadi ini memang ulangi terus, tahun depan juga, selanjutnya terus ada investasi. Tapi investasi besar untuk item baru masih belum tahu. Tergantung melihat kondisi di Indonesia. (Tunggu pemilu?) Iya," ungkap Lee.

Artikel Aslinya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Popular Posts